Posts

Jadi Pulau Organik, Bali Targetkan 45 Ribu Hektare di Akhir 2022

Wayan Coster tentang pertanian organik di G20
Wayan Coster sampaikan target pertanian organik Bali di Forum G20 (Istimewa)

Gubernur Bali, Wayan Coster, mengutarakan target seluruh pertanian Bali mampu menggunakan sistem pertanian organik yang ramah lingkungan. Setidaknya 45 ribu hektare pertanian sedang disiapkan dan akan rampung di akhir 2022 ini. Hal ini yang disampaikan Wayan di Global Forum on Digital Agriculture Transformation in Accelerating Women and Youth Entrepreneurship di Denpasar, Bali, 27 – 29 September kemarin.

“Dari 70.000 hektare yang ada, 40.000 di antaranya ditargetkan sudah organik,” ungkap Wayan Coster (28/9). “Kami bertekad semua pertanian Bali harus total organik menjadi pulau organik agar menghasilkan pangan yang sehat dan berkualitas serta tidak menimbulkan polusi bagi lingkungan, tidak merusak lingkungan,” lanjutnya.

Menurut Wayan, sistem pertanian organik pun sudah menjalar ke subsektor perkebunan. Terdapat setidaknya 154 ribu hektare kebun organik dari total sekitar 200 ribu hektare perkebunan di Bali. Tak hanya itu, Wayan juga menjelaskan adanya hilirisasi pertanian oleh warga Bali dengan melakukan berbagai macam pengolahan pangan sehat berbasis kearifan lokal. “Kami berharap pertanian akan memberi kontribusi yang lebih besar terhadap pertumbuhan perekonomian Bali dan akan membuat Bali lebih mandiri dalam bidang perekonomian,” pungkasnya.

Kendati lebih dikenal sebagai daerah wisata, ternyata pertanian masih menjadi urutan pertama dalam 6 pilar ekonomi Bali, disusul kelautan dan perikanan. Barulah yang terakhir merupakan sektor pariwisata berbasis budaya berkualitas dan bermartabat.

Menurut Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, sektor pertanian merupakan jawaban pasti dalam menghadapi berbagai persoalan dunia, terutama masalah pangan. Kebersamaan seluruh masyarakat, termasuk peran anak muda dalam membangun pertanian modern merupakan kunci dalam membangun ketahanan pangan Indonesia.

Ia melanjutkan bahwa saat ini banyak wirausaha muda menunjukkan kreativitasnya dengan meningkatkan nilai tambah produk pertanian; baik melalui kualitas, keamanan, fungsi, maupun penciptaan produk olahan baru yang sesuai dengan preferensi konsumen. Hal ini mengindikasikan adanya potensi besar bagi wirausaha muda untuk memotori perubahan pertanian konvensional menjadi lebih modern dan berkelanjutan.